BAB
II
PEMBAHASAN
PANDANGAN
ANNE ROE
Anne Roe menekankan unsur
perkembangan dalam pilihan karier, yaitu corak pergaulan dengan orang tua
selamamasa kecil dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap
anak kecil. Dalam bukunya The Psychology
of Occupations (1956), Roe menekankan dampak dari keseluruhan pengalaman
anak kecil dalam lingkungan keluarga inti terhadap perkembangan jabatan. Dia
meneliti pengaruh dari gaya interaksi antara orang tua dan anak, serta pengaruh
dari pola pendidikan keluarga terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dikembangkan
oleh anak dan hubungan antara struktur kebutuhan pribadi itu dengan gaya hidup
pada unsur dewasa kelak. Dalam hal ini Roe menerapkan klasifikasi hierarkis
tentang tahap-tahap kebutuhan (needs)
yang diciptakan oleh Maslow, yaitu secara berturut-turut: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan merasa aman dan terlindung dari bahaya, kebutuhan meraa diterima dan
disayangi, kebutuhan akan rasa harga diri dan menjadi independen, kebutuhan
akan informasi, kebutuhan mengerti dan memahami, kebutuhan menghayati keindahan,
dan kebutuhan mengembangkan diri seoptimal dan semaksimal mungkin. Menurut
pendapat Maslow, kebutuhan-kebutuhan pada tahap lebih tinggi tidak akan
dirasakan dan dihayati kalau kebutuhan pada tahap dibawahnya tidak terpenuhi
secara memuaskan. Kebutuhan-kebutuhan mana akan lebih dihayati dan lebih
diprioritaskan oleh orang dewasa (struktur kebutuhan), manurut Roe sangat
ditentukan oleh keseluruhan pengalaman frustasi dan kepuasan pada masa kecil.
Misalnya, orang-orang yang suka bekerja bersama orang lain, dianggap cenderung
demikian karena mereka menghayati kebutuhan yang kuat untuk diterima baik oleh
orang lain. Semua orang ini dididik oleh orang tua yang menunjukkan sikap
menerima dan menyayangi. Sebaliknya, orang-orang yang lebih suka bekerja dengan
menangani barang/benda tanpa mencari kontak dengan individu di sekitarnya itu
dianggap berkecenderungan demikian karena mereka menghayati kebutuhan yang kuat
untukmerasa aman dan terlindung dari bahaya. Semua orang ini dididik oleh orang
tua yang menunjukkan sikap dingin dan sikap menolak. Corak pergaulan antara
orangtua dengan anakdipandang sebagai sumber utama kebutuhan, minat, dan sikap,
yang tercerminkan dalam pilihan jabatan pada umur lebih tua.
Roe menggolongkan seluruh jabatan
atas dua kategori dasar, yaitu jabatan yang berorientasi pada kontak dengan
orang lain (person oriented) dan yang
berorientasi pada benda-benda (non-person
oriented). Contoh bidang jabatan yang tergolong dalam kelompok yang pertama
adalah jasa, bisnis, manajemen, pelayanan sosial, dan aktivitas di bidang
kultural. Contoh bidang jabatan yang tergolong dalam kelompok yang kedua adalah
teknologi, bekerja di lapangan seperti pertanian dan pertambangan, serta penelitian
ilmiah. Dalam setiap kategori terdapat tahap-tahap. Menurut Roe pilihan
kategori jabatan terutama ditentukan oleh kemampuan seseorang dan latar
belakang kulturalnya. Namun, dalam karya tulisnya yang terbit kemudian (1972),
Roe meninggalkan pandangannya bahwa corak pergaulan antara orang tua dan anak,
yang berbeda-beda, akan menghasilkan pilihan jabatan yang berlain-lainan.
Diakuinya, bahwa masih terdapat aneka faktor lain yang mempengaruhi pilihan
jabatan, meskipun arah orientasi yang ditanamkan pada umur sangat muda
dikatakan kiranya tetap berpengaruh terhadappilihan-pilihan yang menyangkut
jabatan yang dipegang di kemudian hari. Roe menegaskan pula, bahwa tidak
terdapat hukum yang berbunyi: “hanya ada satu-satunya jabatan yang paling cocok
bagi seseorang” atau “hanya ada satu-satunya orang yang paling tepat untuk
memegang jabatan tertentu”.
Meskipun data hasil penelitian lebih
lanjut terhadap validitas teori ini tidak mandukung pandangan Roe mengenai
hubungan erat antara perlakuan orangtua terhadap anak dan pilihan jabatan di
kemudian hari, pandangan ini mempunyai sedikit relevansi bagi konselor karier.
Dalam hal ini Samuel H. Osipow dalam bukunya Theories of Career Development (1973) berpendapat, bahwa konselor
sekolah dapat membantu orang muda, yang ternyata belum mengenal dirinya sendiri
mengenai pengaruh kebutuhan pokok yang melandasi motivasinya dalam
memperjuangkan suatu gaya hidup (life
style), untuk berefleksi diri. Misalnya, bila manusia muda mencita-citakan
suatu jabatan yang menghasilkan uang banyak,mungkin orang ini sangat menghayati
kebutuhan menikmati hidup yang secara ekonomis serba terjamin supaya merasa aman terhadap kegoncangan dalam hidup.
Bahkan ada kemungkinan bahwa sikap hidup ini ditanamkan dalam lingkungan
keluarganya, yang menyamakan keamanan
dalam hidup dengan jaminan ekonomis mewah. Persoalan yang dihadapi konselor
ialah, apakah dia sebaiknya berusaha meningkatkan tahap kebutuhan orang muda
itu, karena jaminan ekonomis saja tidak mesti membuat orang dewasaakan selalu
merasa bahagia.
Menurut
munandir Teori Roe dirumuskan berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang
dilakukan mengenai latar belakang perkembangan dan kepribadian para ilmuwan di
berbagai bidang, antara lain ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu
pengetahuan alam (biologi). Teori Roe tergolong teori pilihan karier yang
berdasar pada teori pribadian. Hal yang dianggap penting di dalam teori ini
adalah kebutuhan dan adanya jenis-jenis kepribadian. Dalam hal kebutuhan,orang
akan memilih pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Pandangan-pandangan
yang berpengaru pada penyusunan teori Roe, termasuk teori penyusunan tenaga
kejiwaan dan pengaruh pengalaman masa kecil (Murphy), teori kebutuhan (Maslow)
dan pengaruh faktor keturunan.
Roe
mengenal delapan kelompok perkerjaan dan enam arah (tingkatan) untuk setiap
kelompok. Kelompok (penggolongan) itu adalah (Roe dan Lunnenborg, 1984):
i.
Jasa:
orang berkerja untuk melayani orang lain, berbuat untuk kepentingan orang lain.
ii.
Kontak
bisnis: hubungan orang-orang dalam perkerjaan lebih menekankan tujuan
mempengaruhi orang lain (persuasi) dari pada memberikan bantuan.
iii.
Organisasi:
perkerjaan-perkerjaan manajerial, kerah putih, hubungan formal antarorang.
iv.
Teknologi:Perkerjaan
berkenaan dengan produktsi, pemeliharaan pengangkutan barang dan keperluan
umum, teknik, kerajinan, transportasi, komunikasi dll
v.
Luar
rumah: perkerjaan-perkerjaan di luar rumah seperti pertanian,pertambangan,
kehutanan, pertenakan; hubungan antropologi tidak penting; perkerjaan luar yang
menggunakan mesin masuk golongan iv.
vi.
Sain:
perkerjaan keilmuan, penerapan teori, penelitian; untuk penelitian-penelitian di bidang
ilmu-ilmu perilaku; seperti psikologi ini ada hubungannya dengan golongan vii.
vii.
Budaya
umum : perkerjaan-perkerjaan pelestarian dan pewarisan budaya seperti pendidik
perguruan,wartawan,hukum,keagamaan,bahasa dan bidang humaniora lainnya; dosen
bisa masuk golongan vi.vii atau viii sesuai dengan bidang ilmu-seni
spesialisasi yang diajarkannya di perguruan tinggi.
viii.
Seni
dan huburan; huburan dalam perkerjaan ini adalah antara satu orang,atau
kelompok orang,yang memiliki
keterampilan khusus di bidang seni kreatif dengan masyarakat umum.
Adapun keenam
aras itu adalah (Roe dan Lunnenborg,1984);
1. Profesional dan manajerial 1:mencakup
pencipta, pembaharuan,dan manajer puncak; berkerja denan tanggung jawab dan
kemandirian (otonomi) penuh, pengambil keputusan dan pembuat kebijaksanaan
berpendidikan tinggi tingkat dokter/setara.
2.
Profesional
dan menajerial 2: otonomi tetapi tanggung jawab lebih sempit (agak kurang),
penafsir kebijaksanaan, pendidikan tingkat tinggi sarjana sampai
magister/setara
3.
Semiprofesional
dan bisnis kecil: tanggung jawab rendah,penerapan kebijaksanaan hanya untuk
diri sendiri, berpendidikan menengah atas umum atau teknologi-kejujuran.
4.
Terampil:
perkerjaan yang mempersyaratkan pendidikan pelatihan keterampilan dan
pengalaman khusus.
5.
Semiterampil:
perkerjaan yang menghendaki pendidikan dan pelatihan tingkatan yang agak
kurang, otonomi dan insiatif jauh kurang dituntut.
6. Tak terampil: perkerjaan tingkat ini
tidak mempersyaratkan pendidikan atau pelatian khusus, perkerjaan bersifat
repetitif, dan pekerja hanya dituntut untuk mampu mengikuti pedoman atau
pedoman kerja yang telah ditetapkan.
Teori
Roe dinyatakan dalam proposisi, semuanya ada lima. Proposisi pertama mengenai
pembawaan genetik yang bersifat menentukan perkembangan sifat-sifat orang.
Pengaruh itu berbeda-beda,misalnya,ciri berupa kemampuan intelek dan temperamen
lebih khusus dan kuat dari pada minat dan sikap.kedua, pengalaman individu dan
latar belakang kebudayaan dan juga kedudukan sosial-ekonomi keluarga,
berpengaruh pada perkembangan sifat-sifat bawaan. Tersangkut juga disini adalah
faktor-faktor suku bangsa dan kelamin. Ketiga, minat, sikap, dan sifat-sifat
kepribadian lain bekembang terutama ditentukan oleh pengalaman yang memberikan
arah pada perkembangan itu. Arah ini terutama ditentukan oleh bagaimana pola
pemerolehan kepuasan dan kekecewaan; kepuasan yang didapat orang berkenan
dengan adanya berbagai kebutuhan dan cara bagaimana pemuasannya, dan ini
ditentukan oleh faktor lingkungan.
Pengalaman
masa kecil biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan di keluarga ini,
interaksi orang tua terhadap anak bersifat menentukan. Ada tiga kemungkinan
perlaku orangtua terhadap anak, dengan begitu ada tiga golongan jenis orangtua:
terlalu melindungi atau terlalu menuntut (hubungan emosi tertuju kepada anak),
menolak secara emosional atau mengabaikan kebutuhan fisik anak,dan menerima
anak ( karena tidak perdulian atau karena sayang). Pengalaman masa kecil ini
menimbulkan dua orientasi dasar: tertuju kepada orang atau tertuju kepada bukan
orang. Orientasi ini mempengaruhi pilihan
seorang anak, kalau sudah menginjak dewasa kelak.
Proposisi
keempat, adanya polo tenaga psikisdalam bentuk tertujunya perhatian dan ini
merupakan penentu utama minat. Kelima,seberapa kuat pemuasan kebutuhan dan
organisasinya, hal ini sangat menentukan kuat tidaknya dorongan yang
menampakkan diri dalam pencapaian orang dalam menjalankan tugas.
Menurut Roe, keputusan dan pilihan jawaban
yang diambil orang pada usia dewasanya, ditentukan bagaimana pengalaman orang
itu waktu kecil didalam keluarga, apakah ia mengalami asuhan yang mengutamakan
orang atau bukan orang, apakah iklim rumah yang tercipta penuh kasih sayang
atau dingin, atau keras. Rumah dengan orientasi orang cenderung beriklim kasih
sayang dan membentuk lingkungan yang bersifat kelewat melindungi anak (
overproteksi), sedangkan yang orientasinya bukan orang cenderung menghasilkan
lingkungan yang menolak atau mengabaikan anak. Menurut Roe, perkerjaan bidang
jasa yang perhatian utamanya adalah melayani dan memperhatikan kebutuhan
selera,dan kesejahtaraan orang lain seperti pekerja sosial,pembimbing orientasi
perkerjanya yang pertama-tama adalah orang dan kemungkinannya mereka berasal
dari lingkungan keluarga yang iklimnya serba kasih dan bersifat overproteksi
terhadap anak. Sebaliknya perkerja seperti laboran kesehatan atau analis bahan
atau ilmuwan alam,cenderung berasal dari lingkungan keluarga yang orientasinya
bukan orang dan bersifat mengingkari anak.
Teori Roe meski mengalami beberapa kali
peninjauan kembali, antara lain menyangkut penggolongan perkerjan-pekerjaan dan
tingkatannya serta bentuk penggambarannya mula-mula digambarkan berbentuk
slinder, kemudian pasung pada dasarnya masih tetap menekan pentingnya
kepribadian, pengalaman masa usia dini didalam keluarga dan perkembangan
kebutuhan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan jabatan.
Sejumlah
peneliti dilakukan pengujikesahihan teori ini oleh Roe sendiri dan
peneliti-peneliti yang lain.Pengembangan teori ini masih perlu dilakukan,
demikianpun peneliti-peneliti lain diperlukan,karena sejumlah penelitian yang
pernah dilakukan kurang mendukung teori Roe ini, antara lain yang dilakukan
Utton (1960), Grigg, hagen, Brunkan, Green dan Parker, Switzger dkk. (Osipow,
1983;Roe dan Lunnwborg, 1984). Penelitian lain yang menguji teori Roe dalam
konteks budaya Indonesia dilakukan Pudji Hartuti (1995) memberikan hasil yang
juga kurang mendukung. Dalam hal ini perbedaan budaya merupakan salah satu
faktor penjelasnya. Hal ini yang perlu dikatakan adalah bahwa dalam teori Roe
tidak disebut-sebut soal penerapannya dalam konseling. Kalau konselor
mempertimbangkan untuk menerapkan teori ini karena dinilai relevan dengan kasus
masalah pilihan karier seorang klien, ia masih harus menarik implikasi teori
itu untuk konseling, di samping perlu mempertimbangkan adanya faktor budaya,
dalam usaha-usahanya membantu klien tersebut.
Daftar Poustaka
Munandir.1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah.
W.S.
Wingkel, dan M.M. Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
0 komentar:
Posting Komentar
TULISKAN KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN :)