2.1
SEBAB-SEBAB
GANGGUAN KESEHATAN MENTAL ANAK DALAM KELUARGA
Ada beberapa kondisi yang bisa menggangggu kesehatan mental anak, kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
2.3.1
Pertentangan Norma
dalam Keluarga
Pertentangan norma
dalam keluarga bisa terjadi dalam bentuk:
1) Pertentangan
norma antara ayah dengan ibu terhadap tingkah laku anak.
2) Pertentangan
norma antara norma orang tua dengan norma kelompok anak.
3) Pertentangan
norma antara norma orang tua dengan norma masyarakat.
4) Pertentangan
antara norma keluarga dengan realitas dalam kehidupan.
Akibat yang mungkin
terjadi pada anak:
1) Anak
mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2) Dari
hasil penelitian, orang tua anak nakal lebih banyak saling bertentangan
(14,52%) sedang pada anak biasa lebih sedikit (7,62%).
3) Bila pertentangan norma dalam keluarga ini
sampai mengakibatkan keluarga itu pecah, maka akibatnya semakin fatal; dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ± 51% anak delnquent berasal dari broken
home, dan 49% masih hidup bersama (Simandjuntak, 1983: 133 dalam Prasetyo dan
Sutoyo, 2000: 48).
2.3.2
Frustasi dalam Keluarga
Frustasi dalam keluarga
ini disebabkan beberapa hal, antara lain: depresi ekonomi, keadaan darurat
perang, dan meninggalnya salah satu atau kedua orang tua. Keadaan ini
menyebabkan anak mengalami frustasi lazim dikenal dengan istilah “Frustasi
Ekstern”.
Ada pula frustasi
intern, frustasi ini timbul dari sebab-sebab yang sifatnya tidak begitu
rasional tetapi berakibat serius misalnya seorang anak mempunyai keinginan yang
kuat tetapi karena orang tua terlalu keras atau mungkin karena tidak mau
memahami keinginan anak.
Akibat yang mungkin
terjadi pada anak yaitu:
1) Anak
menyesali dirinya sendiri.
2) Anak
mengalami konflik batin.
3) Dari
penelitian terhadap anak nakal diperoleh keterangan bahwa anak-anak yang tidak pernah
menceritakan keinginannya pada orang tua adalah lebih besar; pada anak-anak
nakal 37%, pada anak-anak biasa 15%
(Simandjuntak, 1983: 135 dalam Prasetyo dan Sutoyo, 2000: 48).
2.3.3
Penolakan Anak oleh
Orang Tua
Sikap ini muncul karena
peneriamaan orang tua yang salah terhadap lahirnya anak, hal itu terjadi karena
anak lahir kurang/tidak dikehendaki; ini terjadi karena hubungan suami istri
yang tidak sah/atau di luar nikah, atau mungkin karena anak dirasa sudah cukup.
Akibat yang mungkin
terjadi pada anak yaitu:
1) Anak
tidak merasa bahagia.
2) Timbul
rasa berontak kepada orang tua atas perlakuan yang mereka terima.
3) Rumah
dirasa sebagai tekanan sehingga anak ingin lari dari rumah.
4) Anak
menjadi tidak lancar bergaul.
5) Anak
cenderung menyendiri dan mengasingkan diri dari pergaulan.
6) Anak
menjadi agresif, apatis, dan tidak tenang.
7) Takut
terhadap banyak hal dan kurang afeksi yang normal terhadap orang lain.
Tidak semua ibu dapat
memelihara langsung kepada anaknya, banyak terjadi ibu menyerahkan sebagian
besar tugas memelihara anak ini kepada pembantunya atau saudaranya. Hal ini
disebabkan karena:
1) Karena
ibu harus bekerja sehari-hari.
2) Karena
ibu menderita sakit yang cukup lama.
3) Suasana
rumah tangga yang tidak tenang, misal ayah yang pemabuk, sering cek-cok dengan
ibu.
Menurut Prof. Dr.
Mustofa Fahmi, akibat yang bisa terjadi pada anak yaitu:
1) Bila
tidak mendapat pemeliharaan ibu sejak usia 1-4 tahun maka akan mengakibatkan
pertumbuhan jasmani, rohani, dan sosialnya akan terlambat.
2) Jika
anak semakin lama tinggal di yayasan dan jauh dari lingkungan keluarga, semakin
menurun pula pertumbuhannya.
3) Anak
nakal lebih banyak diperoleh dari rumah tangga yang anggota keluarganya lebih
sering tidak ada di rumah.
2.3.2
Anak Merasa Kurang
Diperhatikan atau Kurang Disayangi
Ada beberapa sebab anak
merasa kurang disayangi oleh orang tuanya, antara lain adalah:
1) Orang
tua kurang memperhatika pemeliharaan anak.
2) Terpisahnya
anak dari orang tua.
3) Ancaman
dengan berbagai hukum.
4) Terlalu
banyak peringatan kepada anak.
5) Menghina
anak dengan beberapa macam bentuk.
6) Bapak
atau ibu sering menggerutu bila anak meminta sesuatu kepadanya.
Akibat yang mungkin
timbul pada anak:
1) Anak
melakukan berbagai tindakan untuk menarik perhatian orang tuanya, misalnya:
teriakan, tertawa keras, menggerutu, mengeluh, nakal, dan merusak
barang-barang.
2) Menarik
perhatian orang tua supaya menjaganya, misalnya: mengaku sakit berkali-kali,
tidak mau makan, ngompol.
3) Berontak,
agresif, dan keras kepala.
4) Tingkah
laku yang menunjukkan keperihan, iri, tidak puas, dendam, dan acuh tak acuh.
2.3.1
Toleransi Orang Tua
Berlebihan Terhadap Anak
Beberapa hal yang
menyebabkan orang tua terlalu toleran (pemaaf) terhadap anaknya antara lain:
1) Hubungan
suami istri yang tidak didasari rasa kasih sayang, menyebabkan ibu lebih memanjakan
anak.
2) Tidak
terpenuhinya kebutuhan seksual pada istri.
3) Ayah
si anak meninggal dunia dan sering kali pergi, sehingga ibu lebih perhatian
secara berlebihan.
4) Karena
nenek terlalu sayang kepada cucunya.
5) Ibu
yang pada waktu kecilnya dulu kurang kasih sayang orang tuanya.
6) Karena
orang tua mengambil alih (identifikasi) terhadap tingkah laku orang tua mereka
terhadap mereka pada waktu kecil.
Akibat negatif yang
timbul pada anak:
1) Emosi
tidak matang (masih seperti anak kecil walau sudah dewasa).
2) Anak
tidak pandai mengisi waktu sendirian.
3) Anak
tidak merasakan tanggung jawab dan tidak menghargai tanggung jawab.
2.3.2
Pemeliharaan yang
Berlebihan
Bentuk-bentuknya antara
lain:
1) Orang
tua terlalu memperhatikan kesehatan anaknya.
2) Orang
tua yang terlalu cemas terhadap keselamatan anak-anaknya dari bahaya.
3) Sering
datang ke sekolah karena takut tentang macam pelajaran yang diberikan kepada
anaknya di sekolah.
4) Orang
tua merasa sengsara apabila mendengar anaknya mengucapkan kata-kata kkurang
sopan sehingga sangat mengawasinya.
5) Orang
tua berlebihan dan aturan dalam menjaga kebersihan, makanan, dan kesehatan
anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar
TULISKAN KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN :)