Blogger Widgets

Pengertian Teori dalam Penelitian


   a.  Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah dua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah kmencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Suryadi, Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan cirri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk pmendapatkan data.
Setiap penelitian selalu menggunakan teori, dinyatakan oleh Neumen (2003) “Researchers use theiry differently in various types of research, but some type of theory is present in most social research” Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa Theory is a set of interrelated construct (concepts), definisions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaining and predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan maramalkan fenomena.
Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa: A theory is a generalization or series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, A theory is a set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sisstematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya Sitirahayu Haditomo (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1.      Teori yang deduktif : member keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kie arah data akan diterangkan.
2.      Teori yang induktif : adalah cara meneranmgkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistic ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3.      Teori yang fungsional : di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkanm tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut :
1.      Teori menunjuk pada sekelompok hokum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hokum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramalkan sebelumnya.
2.      Suatu teori juga dapat meruoakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hokum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3.      Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat bditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, menganalisasi dan menginterprestasi secara kritis (Habermars, 1968). Misalkan melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori lain tidak berpandangan emansipatoris.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction”), dan pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa kalau besi kena panas memuai, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 75̊ C berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan. Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak terganggu karena sambungan, dijawab dengan teori yang berfungsi mengendalikan.
Dalam bidang Administrasi Pendidikan Hoy & Miskel (2001) mengemukakan definisi teori sebagai berikut. “Theory in administration however has the same role as theory in physics, chemistry, or biology, that is providing general explanation and guiding research”. Selanjutnyaa didefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelskan perilaku dalam berbagai organisasi. “Theory is a set af interrelated concept, assumptions, and generalization that systematically describe and explains regularities in behavior in organization”.
Berdasarkan yang dikemukakan Hoy & Miskel (2001) tersebut dapat dikemukakan disini bahwa, 1) teori itu berkenan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, 2) berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, 3) sebagai stimuli dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Berikut ini diberikan contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan.
1.      Administrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasi.
2.      Administrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi sosial.
Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah. Berikut diberikan contoh perkembangan teori manajemen seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
            Mengapa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, dapat dijelaskan melalu teori yang dapat menjelaskan. Setelah SDM tidak berkualitas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian dan iptek nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediksi. Supaya pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi control).
 b.  Tingkatan dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro.Micro level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation of larger aggregates such as sosial institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concepts that are abstract.
Selanjutnya focus teori dibedakan menjadi tiga, yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social concern, such as delinquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization, or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range theories can be formal or substantive. Midle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
     c. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah :
1.        Theory narrows the range of fact we need to study
2.        Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
3.        Theory suggest a system for the research to impose on the data in order to classify them in the most meaningful way
4.        Theory summarize what is known about object of study and state of uniformities thet lie beyond innediate observation
5.        Theory can be used to predicy futher fact that should be found
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai refrensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang dipakai.
Redja Mudyahardjo, (2002) mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang tepadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik  tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan  sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1.    Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya
2.    Pendidikan adlah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3.    Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidiakm berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk meruuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskriptif teori, dan kerangka berpikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.




0 komentar:

Posting Komentar

TULISKAN KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN :)