A.
Teknik
Pengumpulan Data
Terdapat
dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas
instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data
berkenaan ketapatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh
karena itu, instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum
tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila instrument
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada
suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, observasi
dan gabungan ketiganya
A.
Interview
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon.
1.
Wawancara
terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.
Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan
training kepada calon pewawancara. Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga
dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan
material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2.
Wawancara tidak
terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam
tentang responden.
Pada penelitian pendahuluan, peneliti
berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang
ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan
atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan
yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada fihak-fihak
yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Untuk mendapatkan informasi
yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan
wawancara tidak terstruktur.
Wawancara baik yang dilakukan dengan
face to face maupun yang menggunaka pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak
pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi
sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan
wawancara. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya,
maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih
dahulu, kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka
suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan valid.
A.
Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi
juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi
yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur
dan tidak terstruktur.
1.
Observasi Berperanserta (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.
2.
Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi non partisipan ini,
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data
dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam,
dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku
yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis
a.
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi
yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan
dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket
tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b.
Observasi Tidak
Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
0 komentar:
Posting Komentar
TULISKAN KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN :)